Minggu, 20 Februari 2011

Profil Karen Agustiawan Perempuan Pertama Pimpin Pertamina

Babak baru PT Pertamina (Persero), kali pertama sejak berdiri 1968, dipimpin seorang wanita, Ir Galaila Karen Agustiawan. Perempuan kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 dan lulusan Sarjana Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB), ini diangkat sebagai Dirut menggantikan Ari H. Soemarno. Karen, juga merangkap Direktur Hulu, jabatannya sebelumnya (Maret 2008). Ia didampingi Omar Sjawaldy Anwar sebagi wakil Dirut menggantikan Iin Arifin Takhyan. 

Mantan Commercial Manager for Consulting and Project Management, Halliburton Indonesia (perusahaan jasa perminyakan asal Amerika Serikat) dan pertama kali masuk Pertamina sebagai Staf Ahli Direktur Utama bidang Hulu pada 2007, ini dilantik jadi Dirut Pertamina, Kamis 5 Februari 2009 oleh Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil. Karen dilantik bersama Omar Sjawaldy Anwar dan beberapa komisaris baru.

Karen dan Omar diangkat menduduki posisi tersebut melalui surat Keputusan Meneg BUMN Nomor: KEP-30/MBU/2009 tanggal 5 Februari 2009, sekaligus memberhentikan dengan hormat Ari Hernanto Soemarno sebagai Direktur Utama Pertamina dan I'in Arifin Takhyan sebagai Wakil Direktur Utama.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan, Karen dinilai cukup kompeten untuk menduduki jabatan sebagai Dirut Pertamina. Meneg BUMN ini menyebut dari uji kompetensi maupun interview yang telah dilakukan terhadap beberapa calon Dirut Pertamina hanya Karen yang memenuhi kriteria. Ia menilai Karen juga memiliki track record yang lumayan bagus.
Menurut Djalil, Karen memiliki kemampuan teknis di bidang hulu perminyakan. Sehingga diharapkan dengan kepemimpinannya Pertamina bisa memproduksi lebih banyak minyak. Selain itu, kata Djalil, Karen disandingkan dengan Omar S. Anwar sebagai Wakil Direktur Utama PT Pertamina yang kompeten di bidang bisnis. Sebelumnya Omar menjabat Dirut PT Rio Tinto.
Djalil mengatakan, diangkatnya Karen dan Omar merupakan upaya penyegaran di Pertamina untuk mengejar misi menjadi perusahaan migas kelas dunia (world class company). Djalil menambahkan, dipilihnya Karen yang sebelumnya menjabat direktur hulu karena pemerintah menginginkan Pertamina bisa mendongkrak kinerja produksi migas. Sebab, katanya, sektor hulu inilah yang menjadi sumber keuntungan dan pertumbuhan perusahaan.
Sebelum Karen dipilih, bursa calon Dirut Pertamina diramaikan sejumlah nama. Antara lain, Direktur Pemasaran dan Niaga Achmad Faisal, Direktur Umum dan SDM Waluyo, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas, mantan Mentamben Kuntoro Mangkusubroto, dan mantan Senior VP JP Morgan Indonesia Gita Wirjawan.
Ini sebuah babak baru kepemimpinan Pertamina. Selama 41 tahun sejak berdiri 1968, BUMN terbesar di tanah air itu selalu dipimpin pria. Mulai dari Ibnu Sutowo, Piet Haryono, Joedo Soembono, AR Ramli, Faisal Abda'oe, Soegianto, Martiono Hadianto, Baihaki Hakim, Ariffi Nawawi, Widya Purnama dan Ari Soemarno.
Sumber TokohIndonesia.com di Kantor Presiden menyebut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro yang pertama kali mengusulkan nama Karen. Karen dinilai memiliki kapasitas dan kapabilitas di bidang perminyakan yang memang mumpuni.
Karen, ibu tiga orang anak, itu sebagai Dirut untuk sementara merangkap direktur hulu. ''Tapi, nanti Dirut segera menunjuk pelaksana tugas,'' kata Djalil.
Selain perubahan pada jajaran direksi, jajaran komisaris juga ditambah untuk meningkatkan aspek pengawasan. Tiga komisaris baru adalah Sumarsono (mantan direktur umum dan SDM Pertamina), Gita Irawan Wirjawan (mantan senior VP JP Morgan Indonesia), dan Humayun Bosha (mantan Presdir Caltex Indonesia). Mereka memperkuat jajaran komisaris yang saat ini dijabat Sutanto (Komut), Maizar Rahman, Muhammad Abduh, serta Oemar Said.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro menambahkan, sejak awal pihaknya selaku kementerian teknis memang ingin Pertamina dipimpin orang-orang yang mengerti betul sektor migas. ''Artinya, pemimpin Pertamina harus menguasai teknis migas,'' ujarnya.
Dengan background sektor hulu, kata dia, Karen diharapkan bisa mendongkrak produksi migas Pertamina. Meski demikian, lanjut dia, persoalan sektor hilir berupa penyediaan dan pendistribusian BBM maupun elpiji juga harus menjadi prioritas. ''Masih banyak yang harus diperbaiki dalam distribusi BBM. Itu agar kelangkaan yang beberapa kali terjadi tidak terulang,'' tegasnya.
Merujuk hasil RUPS akhir Januari lalu, laba Pertamina tahun ini diperkirakan hanya Rp 12 triliun atau anjlok 60 persen dibanding 2008 senilai Rp 30 triliun. Itu terjadi akibat penurunan harga minyak Indonesia (ICP) menjadi rata-rata USD 45 per barel atau lebih rendah dari 2008 yang di atas USD 100 per barel.
Pendapatan perseroan juga merosot menjadi Rp 311 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 540 triliun. Tahun ini, perusahaan menganggarkan belanja modal Rp 21,9 triliun, sekitar Rp 12,6 triliun di antaranya untuk bisnis hulu.
Enam Program KerjaSetelah dilantik, Karen Agustiawan, menetapkan enam program kerjanya. Pertama, akan tetap melanjutkan program kerja jangka panjang yang sudah ditetapkan pimpinan Pertamina sebelumnya. Kedua, program utama setiap direktorat akan dilakukan dengan mengedepankan aspek efektif, efisien dan keselamatan operasi.
Ketiga, aspek distribusi dan keamanan pasokan BBM, elpiji dan biofuel akan diupayakan dan dijadikan prioritas utama. Keempat, pengusahaan sektor hulu akan ditingkatkan porsinya karena tahun lalu sektor tersebut menyumbang laba terbesar bagi perseroan. Ia menargetkan produksi minyak tahun ini tetap 171.000 barel per hari, 1.266 mmscfd untuk gas dan dari geothermal 15 juta ton,
Kelima, transformasi Pertamina menuju perbaikan yang sudah dimulai Mantan Direktur Utama Pertamina Ari Hernanto Soemarno tidak boleh berhenti. Keenam, seluruh pekerja Pertamina harus tetap mempertahankan momentum perubahan, bersikap terbuka, jujur, berani, dan profesional.
"Untuk sementara saya akan merangkap jabatan Direktur Hulu. Prioritas pertama Pertamina adalah keamanan distribusi, kemudian bisnis di sektor hulu," tambah Karena.
Karen menegaskan tidak akan menerima intervensi dari pihak mana pun dalam melaksanakan tugasnya. Kalau misalnya intervensi tersebut merugikan perseroan dan negara. "Saya minta kewenangan penuh tanpa intervensi dalam melaksanakan tugas. Kalau intervensi merugikan Pertamina dan negara tidak akan saya layani," tegasnya.
Sementara Wakil Direktur Pertamina yang baru dilantik, Omar Sjawaldy Anwar menegaskan akan menggunakan pengalamannya bekerja di berbagai sektor untuk mengembangkan bisnis Pertamina.
"Saya punya pengalaman di bank, perminyakan, pertambangan dan semuanya itu akan saya jadikan modal untuk mewujudkan Pertamina sebagai world class company, dan tidak kalah dari pemain lain," kata Omar yang sebelumnya menjabat Presiden Direktur PT Rio Tinto Indonesia.
Serah TerimaGalaila Karen Agustiawan pada acara pisah sambut manajemen baru di Kantor Pusat Pertamina kemarin (6/2), tak kuasa menahan air mata saat memberikan apresiasi kepada mantan Dirut Pertamina Ari H. Soemarno. ''Pak Ari adalah mentor saya. Saya banyak belajar dari beliau. Beliau banyak memberikan pengetahuan kepada saya. Saya sadar, tugas Pak Ari memimpin Pertamina bukanlah tugas yang ringan. Pertamina ini berbeda, rumit, dan kompleks,'' ujarnya.
Karen menegaskan, proses transformasi yang sudah dirintis direksi sebelumnya tidak boleh berhenti meski pucuk pimpinan Pertamina dan jajaran komisaris berubah. ''Kita harus meneruskan apa yang sudah dirintis Pak Ari dan Pak Iin (mantan Wadirut Iin Arifin Takhyan). Langkah-langkah yang sudah direncanakan harus diimplementasikan agar target Pertamina menjadi world class company bisa tercapai,'' katanya.
Karen memang dikenal dekat dengan Ari H. Soemarno.  Bahkan, yang meminta Karen bergabung dengan Pertamina sebagai staf ahli Dirut Pertamina di bidang hulu (eksplorasi dan produksi) migas pada Desember 2006 adalah Ari.
Maklum, Karen sudah malang melintang di industri migas sejak 1984. Setelah menamatkan sarjana ilmu teknik fisika di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1978-1983, Karen langsung memulai karir di industri migas bergabung dengan MobilOil Indonesia, menjadi analis dan programmer dalam pemetaan sistem eksplorasi selama 1984-1986. Posisi Karen meningkat menjadi seismic processor and quality controller MobilOil Indonesia untuk beberapa proyek seismik Rokan, Sumatera Utara, dan Madura pada 1987-1988.
Selanjutnya, 1989-1992, karir Karen naik saat ditugaskan MobilOil Dallas ke AS, menjadi seismic processor dan seismic interpreter untuk beberapa proyek di mancanegara. Tahun 1992-1993, Karen kembali ke tanah air untuk menjadi project leader di bagian eksplorasi MobilOil yang menangani seluruh aplikasi studi G & G dan infrastruktur.
Setelah itu, 1993-1994, Karen sempat meninggalkan dunia migas saat mengikuti suaminya, Herman Agustiawan (anggota Dewan Energi Nasional dari unsur konsumen) untuk mengambil program doktoral di Southern Methodist University, Dallas, AS.
Dua tahun di AS, Karen kembali terjun ke industri migas pada 1994-1996. Dia kembali masuk ke MobilOil Indonesia untuk meneruskan tugas sebagai project leader di bagian eksplorasi. Setelah itu, pada akhir 1996, Karen keluar dari MobilOil Indonesia yang kini sudah diakuisisi Exxon dan bergabung menjadi ExxonMobil Oil Indonesia.
Pada 1998, Karen kembali terjun ke industri migas, menjadi product manager G & G and data management applications di CGG Petrosystems Indonesia. Ia bertanggung jawab atas pengembangan bisnis dan pemasaran perusahaan-perusahaan migas, termasuk Pertamina.
Setahun kemudian Karen bergabung Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai spesialis pengembangan pasar dan integrated information management (IIM). Kemudian, tahun 2000, ia diangkat menjadi business development manager untuk beberapa klien seperti ExxonMobil, Pertamina, BP Migas, dan Ditjen Migas Departemen ESDM. Pada kesempatan ini Karen sukses menjalankan beberapa studi eksplorasi untuk beberapa unit bisnis Pertamina, antara lain di Jambi, Cepu, dan Prabumulih.
Setelah itu, pada 2002-2006, Karen menapaki karir baru dengan bergabung ke perusahaan konsultan migas Halliburton Indonesia sebagai commercial manager for consulting and project management. Jabatan yang antara lain meliputi tanggung jawab pembinaan hubungan dengan Departemen ESDM, BP Migas, dan Ditjen Migas, termasuk Pertamina. Jabatan ini membuatnya lebih mengenal para pejabat tinggi di sektor migas.
Dengan pengalaman yang sedemikian hebat di bidang migas, Ari H. Soemarno yang saat itu menjabat Dirut Pertamina, mengangkat Karen sebagai staf ahli sejak Desember 2006. Kemudian, pada Maret 2008, pemerintah mengangkatnya sebagai direktur hulu menggantikan Sukusen Soemarinda. Belum setahun, Karen sudah dipercaya menduduki posisi puncak Pertamina, BUMN terbesar di Indonesia. binsar halomoan
***TokohIndonesia DotCom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...